Karena Kau Perempuan
21
Februari 2015
Karena
Kau Perempuan
Ada ungkapan, “Women use silent to express pain.”
Aku tidak terlalu tahu tentang kebenaran pernyataan itu. Karena tentang
perempuan, ada sejuta tebakan sekaligus sejuta kemungkinan untuk salah.
Seseorang pernah mengatakan, “Bahkan 1001 malam pun
tak cukup buat mendefinisikan perempuan.”
Ia mungkin hiperbolis… atau barangkali justru tahu
diri. Perempuan memang susah ditebak. Meski para pria sering sok tahu,
sesungguhnya mereka kerap tertipu.
Bahkan dibalik seulas senyuman perempuan yang
sanggup menurunkan hujan pun kita tidak pernah mengerti benar apa yang
sesungguhnya dirasakan.
Karena itu, aku tidak perlu merasa perlu sok tahu
memahami dirmu yang membutuhkan keheningan.
Aku hanya tahu bahwa dalam hidup ini setiap orang
memerlukan rehat. Jeda, sebuah spasi dalam garis kehidupan yang panjang.
Mengapa?
Karena bahkan sebaris kalimat pun butuh spasi, jarak
yang memishakan antara satu kata dengan kata yang lain.
Spasi hanyalah penanda, sementara saja, agar kita
sempat mengambil nafas sebelum melanjutkan.
Toh, hidup tak selalu berjalan diatas garis lurus
tanpa putus. Adakalanya sebuah istirahat menyela, agar kita berjarak, dan
memandang lebih jernih. Begitu pula relasi. Ia juga butuh spasi. Ruang kosong,
tempat dua belah pihak saling melihat jauh. Karena kedekatan bisa membutakan.
Dan jarak menyodorkan kemungkinan dari pilihan lain.
“Your words
and my thoughs are heavy clouds over my head, but I know the sum si somewhere
hidden behind. I want to rest for a moment now gather my pieces. I want to take
time to sort out the gem from the junk. I want things to flow again and I know
only one thing to do; be silent again, for a just a moment.
Comments
Post a Comment