Pelajaran dari Segelas Air dari UMKM dan Sebuah Restoran Bernama Karen’s Diner
Tadi saya membeli segelas air mineral gelas seharga Rp 2.000 dari salah satu pedagang kecil. Saya tidak berharap apa-apa. Tapi yang terjadi justru membuat saya terharu.
Saya dilayani dengan senyum, dengan sopan santun, bahkan masih diberikan plastik walau hanya membeli satu barang kecil. Di zaman sekarang, plastik pun jadi barang "mewah" — tidak semua toko mau memberikannya kalau belanja kita sedikit. Tapi tidak bagi UMKM ini. Layanan itu sederhana, tapi menyentuh.
Dan saya kembali teringat: UMKM kita memang luar biasa.
Di tengah segala keterbatasan, mereka tetap ramah, tekun, dan melayani dengan hati. Tak peduli seberapa kecil nilai transaksi, kita tetap diperlakukan layaknya raja.
Lalu saya membaca kabar dari Inggris: Karen’s Diner London akan ditutup pada akhir Juni 2025.
Bagi yang belum tahu, Karen’s Diner adalah restoran viral dengan konsep ekstrem: pelayanan kasar, sinis, bahkan menghina pelanggan—tapi itu memang konsepnya.
Mereka mengusung “kekasaran sebagai hiburan.”
Setelah dua tahun beroperasi, mereka harus gulung tikar. Bukan hanya karena biaya operasional yang naik, tapi juga karena konsep “hiburan lewat ketidaksopanan” ternyata tidak cukup kuat untuk bertahan dalam jangka panjang.
Bandingkan dua cerita ini.
Satu, UMKM lokal yang tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi, naiknya harga bahan pokok, dan minimnya dukungan. Tapi mereka tetap memilih jalan melayani dengan hati.
Satu lagi, restoran franchise internasional yang mengusung gimmick kekasaran — sempat viral, tapi akhirnya runtuh karena tidak mampu memberi nilai jangka panjang yang bermakna.
Hikmah yang kita petik adalah pertama adalah sopan santun tidak pernah basi. Ia mungkin terlihat kuno, tapi justru itulah kekuatannya. Kedua, pelayanan yang tulus lebih berumur panjang daripada sensasi. Kemudian, dalam dunia yang makin keras, keramahan menjadi mata uang paling bernilai. Terakhir, UMKM bukan hanya urat nadi ekonomi kita, tapi juga wajah asli kebaikan masyarakat Indonesia.
Saya bangga dengan UMKM kita. Semoga mereka tidak pernah lelah — karena dari mereka, kita semua belajar apa arti "melayani dengan hati."
Comments
Post a Comment