"Pendidikan vs Jalan Pintas"

Saya bukan berasal dari latar belakang pendidikan tinggi. Sejak muda, saya langsung terjun ke dunia kerja—jualan dari pintu ke pintu, pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, menghadapi berbagai tantangan hidup. Semua saya pelajari di lapangan: bagaimana berbicara dengan orang, mengejar target, dan tetap bertahan ketika keadaan sulit. Pengalaman hidup mengajari saya banyak hal yang tak pernah saya temui di bangku sekolah.

Tapi seiring waktu berjalan, saya semakin sadar... pendidikan itu penting. Bahkan sangat penting.

Kalau kita lihat di banyak sektor—keuangan, teknologi, industri kreatif—yang memegang posisi penting biasanya adalah mereka yang punya bekal pendidikan, sertifikasi, dan keahlian teknis yang mumpuni. Bahkan kadang, orang asing datang ke Indonesia dengan segala kompetensi itu dan langsung memimpin.

Bukan soal iri atau menyalahkan mereka. Mereka memang layak. Tapi ini jadi pengingat buat kita semua: kalau kita tidak mendorong anak-anak muda Indonesia untuk belajar, bertumbuh, dan menguasai bidangnya, maka kita akan terus tertinggal di tanah sendiri.

Saya tidak bilang semua orang harus kuliah tinggi-tinggi. Tapi kita semua wajib menghargai ilmu. Kita harus terus belajar, membaca, meng-upgrade diri, mengasah skill. Jangan hanya nyaman di zona yang sama.

Jangan bangga dulu bisa dapat Rp2,5 juta seminggu dari TikTok, tapi empat tahun ke depan mulai kehabisan arah, kehabisan perhatian, bahkan kehabisan nilai. Banyak yang rela lakukan apa saja demi views—buka-bukaan, bersikap kasar, memalukan diri sendiri—demi viral sesaat. Itu bukan pencapaian, itu alarm.

Hidup itu panjang. Stabilitas jangka panjang datang dari pola pikir yang sehat dan pondasi yang kuat—dan itu datang dari pendidikan. Bukan cuma soal ijazah, tapi soal menjadi pribadi yang bijak, bisa memilah informasi, tahu cara merespon dunia, dan tetap punya etika meskipun dalam tekanan.

Yang membuat kita sukses bukan shortcut, tapi kerja keras, disiplin, komunikasi yang baik, dan yang paling penting: restu dari Tuhan.

Jadi belajarlah. Bukan untuk orang tua, bukan untuk masyarakat, tapi untuk diri sendiri. Agar kita tahu siapa kita, ke mana arah kita, dan bagaimana kita bisa membawa manfaat dalam hidup ini.

Comments

Popular posts from this blog

Visi dan Misi serta Schedule PW IPM Sulsel Periode 2014 - 2016

QRIS vs Visa/MasterCard: Asserting Indonesia’s Sovereignty in the National Payment System

Happy Mother's Day