SENGGOLAN Ustadz Muhsin Labib Deru klakson memekakkan telinga, asap knalpot menyesakkan dada, dan di antara jalinan besi dan aspal yang tak berujung, kita hidup. Pagi ini, dalam perjalanan menuju kampus, ironi kekerasan Ibu Kota kembali menampakkan wajahnya. Bukan baku hantam, bukan pula amukan massa, melainkan sentuhan sepele yang menguak retaknya kesabaran dan menelanjangi individualisme yang kian membudaya. Motor yang membonceng saya menyenggol mobil yang tiba-tiba berbelok. Insiden kecil, begitu sepele. Namun, di tengah kepungan kendaraan yang berdesakan, di bawah tatapan lampu lalu lintas yang tak sabar, sebuah drama mini pun terhampar. Si empunya mobil menepi, lebih memikirkan goresan pada bodi kendaraannya daripada keselamatan manusia yang baru saja disentuhnya. Kami pun menepi, bukan karena khawatir, melainkan demi menghindari sumpah serapah klakson dan tatapan kesal para pengendara di belakang yg tak sudi kemacetan bertambah. Mobil menepi, pengemudi bergegas turun dg ...
Comments
Post a Comment