Pacaran VS Ta’aruf”



Pacaran VS Ta’aruf”
By : Saparuddin Sanusi
Islam menuntun seseorang agar memilih pasangan hidup yang saleh dan salihah. Bagaimana cara kita mengetahui lebih dekat saleh tidaknya seseorang? Menurut Islam, mengenal calon pasangan tidak boleh dengan pacaran. Bisa jadi, ada yang menyoal, bagaimana bisa tahu sifatnya kalau tidak boleh pacaran?
Di sinilah letak keindahan dan kesempurnaan Islam. Jika melarang sebuah pintu kejelekan. Islam memberikan jalan keluar yang penuh keluhuran. Islam mensyariatkan adanya ta’aruf (proses saling mengenal) yang penuh kehormatan dan penjagaan baik terhadap lelaki maupun perempuan. Setelah itu adalah nazhor, lelaki melihat perempuan yang akan dilamarnya. Jika cocok, diteruskan ke khitbah (lamaran). Setelah lamaran pun, Islam masih member batasan hubungan antara calon suami dan istri ini. Bagaimana pun, mereka belumlah menjadi apa-apa dengan sekedar lamaran, hingga dilakukan prosesi akad nikah.
Sekarang, coba kita “tengok” pacaran. Sekian banyak larangan syariat diabaikan. Sebagai contoh “kecil”, berduaan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram. Lebih dari itu, pasti ada acara menyentuh lawan jenis. Bisa jadi dengan sekedar memegang tangan, bisa jadi lebih dari itu. Yang lebih dari itu semua pun bisa terjadi. Apalagi kalau kita melihat gaya pacaran anak muda sekarang yang dilandasi oleh nafsu syahwat. Dalih mengenal calon pasangan hanyalah hiasan. Akhirnya, sering terdengar adanya pernikahan MBA (married by accident), menikah karena kecelakaan.
Bisa jadi, masyarakat memandang MBA lebih “mending”. Sudah terlanjur berisi, malu jika tidak ada suami. Padahal, menurut syariat, seorang wanita yang sedang hamil tidak boleh dinikahkan. Pernikahannya tidah sah. Banyak pula kasus perempuan harus “bertanggung jawab” sendiri karena si lelaki “lari”. Belum lagi beberapa survey – meski hasilnya masih diperdebatkan – yang menyebutkan, di beberapa kota besar, tergolong sudah mencari gadis yang masih menjaga kehormatannya. La Haula wala quwwata illah billah. Kita memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah dari semua ini.
Maka dari itu, siapkanlah diri kita menjadi seorang yang saleh/salihah sehingga layak dipilih. Bagaimana caranya? Ya, tidak ada jalan selain mempelajari ilmu agama yang benar dan mengamalkannya.
Perbaikilah diri kita. Mari kita landasi kehidupan kita dengan al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Ini pula yang menjadi bukti bahwa cinta kita kepada Rasullullah SAW iru ada. Bukan cinta sekedar diujung lisan, melainkan cinta sejati yang berakar kuat dalam hati.
@saparuddin_s

Comments

Popular posts from this blog

Visi dan Misi serta Schedule PW IPM Sulsel Periode 2014 - 2016

Orang yang dicintai Allah SWT

... KISAH MENGHARUKAN, KETULUSAN CINTA SEORANG SUAMI ...