01 - 15 Mei 2014

01 Mei 2014
Aku teringat saat-saat indah
Kau hadir di depanku
Ada fantasi  sesaat
Laksana raga polos yang indah

Di dalam siksaan kesedihan yang tiada harapan
Terusik oleh imajinasi yang mengganggu
Terngiang-ngiang suaramu yang lembut di telingaku
Aku masih bermimpi melihat wajahmu yang manis

Bertahun-tahun telah berlalu
Badai dan bencana silih berganti
Membuyarkan kenangan masa lalu
Aku pun melupakan suaramu yang lembut
Juga bayangan dirimu

Di dalam kehidupan yang berliku-liku
Umurku pun bergulir secara perlahan
Tiada orang yang peduli, tiada naluri bersyair
Tiada air mata, tiada kehidupan dan tiada cinta

Jika sekarang aku mulai sadar
Saat ini muncul dirimu di hadapanku
Laksana fantasi sesaat
Laksana raga polos yang indah

Hatiku melompat-lompat kegirangan
Demi dia segalanya tersadarkan kembali
Ada orang yang peduli, ada naluri untuk bersyair
Ada kehidupan, ada air mata, juga ada cinta..










02 Mei 2014
Kamu tau ? aku rindu
Aku rindu dengan canda tawa kita dulu, rindu dengan mengirim berbagai pesan teks tentang idola atau sekedar membicarakan tentang idola masing-masing
Aku rindu melihat senyum manismu, melihat gayamu yang biasa
Aku rindu dengan ceritamu tentang berbagai hal dan ingin aku ikut didalamnya
Masih banyak berbagai hal yang aku rindu tentangmu ..
Sekarang ? kamu berubah
Kita kurang canda dan tawa, mengirim pesa teks yang singkat
Sibuk dengan sesuatu hal yang sangat kamu inginkan yang membuatmu mendekat dan menyingkirkanku tanpa sadar
Sibuk dengan mengumbar hal yang sebenarnya tidak perlu di publikasikan
Sekarang aku tidak tau tentang kabarmu, apa yang mau kau lakukan, apa yang mau kau kerjakan ..

Kau hanya mengajak orang lain, tidak masalah untukku.
Kau merencanakan rencana yang orang lain semua tau, dan aku tidak tau, tidak masalah untukku.
Kau menyingkirkanku dan pergi terhadap teman baru, tidak masalah untukku.
Kau berubah tidak masalah untukku, hanya saja jika aku ikut berubah, aku harap tidak ada masalah untukmu :')



03 Mei 2014
aku  hanyalah gadis yang menjadi bayang semu atas kisah masa lalumu
hanya seseorang yang membuatmu bangkit dan berdiri atas keterpurukan masa lalu
yang membantumu mengerti apa itu cinta yang tulus
yang membuatmu memahami bahwa cinta dapat membuat seseorang menjadi hilang akan arah
seperti dirimu terhadap cinta pertamamu
aku tak mengerti dan tak begitu memahami apa yang kau sebut cinta sesungguhnya
yang ku tau cinta itu tulus, saling mengerti, saling memahami, dan saling mencintai
tidak seperti melarang apapun yang kau suka, membatas komunikasi, dan hanya mengikuti keegoisan

cinta itu indah, tanpa syarat
jika ada syarat itu bukan cinta melainkan perjanjian dan tak ada perjanjian dalam cinta

kini kau mengerti suatu arti, suatu makna tentang cinta sesungguhnya
sedangkan aku, aku masuk kedalam hatimu, membantumu mengerti apa itu cinta membuatku jatuh kepada hatimu
jatuh kepada cintamu
apakah aku boleh menyukaimu ? menyayangimu ? bolehkah ?
aku takut kau hanya seperti fatamorgana yang tampak jelas saat jauh tetapi menghilang saat dekat
jadi biarlah semua seperti ini, seperti persahabatan kita ..



04 Mei 2014
Musim gugur
Dua kata yang sangat saya cinta, satu musim yang sangat saya kagumi
Mungkin kebanyakan orang mengangaggap musim gugur adalah musim yang penuh kesedihan karena banyaknya dedaunan yang berjatuhan
Tetapi musim gugur adalah musim yang memiliki perpaduan warna yang sangat indah dan sangat elegan

Dan kamu
Kamu adalah seseorang yang mempunyai pribadi musim gugur, kamu lembut, baik, perhatian, manis, elegan :')
thats why i love you like i love autumn ♥









05 Mei 2014
Bukannya aku tak tau..
Bukannya aku tak mau tau..
Tapi biarlah dulu kuingin tau..
Mau sampai kapan… lakukan caramu..

Ku fikir engkau mengerti
Karna kau tak pernah tersakiti olehku
Tanpa kau rasakan..dan tanpa kau lihat
Seenak saja kau urusi urusanku 

Coda :
Kau tak tau apa yang terjadi
Lebih baik kau diam..!!

Reff :
Kau bertindak seenak saja
Tak berfikir gimana kau jadi aku
Kau sebarkan berita yang tidak penting
sama sekali tentangku 

Ayo lekas kau berfikir
Jangan pernah kau urusi orang lain
mulai detik ini kau coba..
Dan lebih baik kau diam..!! 





06 Mei 2014
Kenangan terakhir buat ku tak bisa
Lupakan Wajah mu.,

saat kita bercanda berbagi rasa Habis waktu..
Semua yang sering kau lakukan tapi kini tak akan lagi bisa ku dengar,,

Cahaya mentari tak bersinar terang
Seakan kecewa karna kau tak ada
Buat ku tertawa lagi, buat ku tak sepi lagi..
Rindu kami bertumpuk disini,,

CODA :
hidup INI pilihan
Yang harus kamu pilih yang terbaik tuk jalanmu sendiri
KARNA ini kau yang memilih.. jalanmu sendiri
Jadi kini kau yang harus jalani..

Reff: Tetap tersenyum kawan..
Lihat mataku kawan
Jangan pernah kau merasa sepi sendiri..

kami disini kawan,,
tetap menunggu mu bersama sama lagi




07 Mei 2014
dsetiap genggamanMu ku bernafas
dsetiap sudut cintaMu ku bermuhasabah
telak air mata ini mengalir deras
menyentuh dinding hati
ada dentuman rindu yang membuncah hatiku
ingin kulupakan dadaku dan membelenggu'y
dalam lafaz mihrab cintaMu

ingin ku tebas habis segala sangkaan yang lahir
(walau hatiku menangis merintih)
ingin ku iris dan kutikam semua ketakutan dan keraguan
yang lama membelengguku dalam kemelut selimut duka
dengan belati kesabaran dan kepercayaan

tertatih kusingkap tiap tirai nurani
yang menutup rapat hatiku ku sadar dengan ujian ini Kau menyentuh kasihku
dan ku percaya dengan itulah Kau mengampuni dosaku
walau mungkin dosa-dosaku bagai gunung yang meninggi
bagai lautan yang semakin mendalam
bagai pepasir yang semakin meluas membentang pesisir pantai

Tapi.. aku sadar,
sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku
dan sungguh Rahmat Ampunan dan Anugerah-Nya lebih luas dari bentangan langit dan bumi

Ya Allah.. bentangkan kepadaku kesabaran yang lebih luas dari lautan
tumbuhkan keberanianku menatap langit
Tanamkan lah keikhlasan tuk ku merajut langkah
dsetiap titian jalan yang telah kau takdirkan

Ya Allah! sungguh indah Kau sentuh aku dengan CintaMu
ku percaya sifatku hanya sementara
menjalani hidup ddunia ini (ada perjalanan panjang menuju keabadian)
jangan biarkan ku masuk kedalam golongan orang yang merugi
tuntun aku selalu kedalam Ampunan-Mu
karena hal itu merupakan rahmat yang sangat besar dari-Mu


08 Mei 2014
Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab berdiri di mimbar seraya berkata, “Wahai manusia, dengarkan dan taatilah apa yang aku katakan.” Tiba-tiba Salman al-Farisi, salah seorang sahabat yang berasal dari Persia, berdiri dan berbicara dengan lantang, “Tidak ada lagi kewajiban bagi kami untuk mendengar dan taat kepada Anda.”
Mendengar pernyataan itu, Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang terkenal dengan ketegasannya, menerima protes keras dari Salman al-Farisi yang mantan budak. Umar tidak merasa bahwa kritikan yang disampaikan Salman akan membuatnya terhina. Karena itu, ia menerimanya dengan lapang dada dan mencari akar masalah yang membuat perintahnya tidak ditaati.
“Wahai Salman, apa yang membuatmu tak mau mendengar dan tak mau taat?” Salman pun menjawab, “Kami tak akan mendengar dan tak akan taat, sehingga Engkau menjelaskan bagaimana Engkau mendapatkan bagian dua potong kain, sementara kami semua masing-masing hanya mendapatkan satu potong saja?!”
Umar pun jadi mengerti persoalannya. Dengan tenang dan bijak, Umar memanggil putranya, Abdullah bin Umar, untuk menjelaskan perihal pakaian yang dipakainya.
Abdullah menjelaskan, bahwa pakaian yang dipakai oleh ayahnya, salah satunya adalah milikinya yang ia berikan kepada ayahnya. Hal itu dilakukannya, karena badan Umar yang tinggi besar, sehingga bila hanya satu potong kain, maka hal itu tidak cukup untuk dibuatkan pakaian.
Setelah mendengar penjelasan itu, Salman pun lalu berkata, “Kalau demikian, silakan keluarkan perintah, kami siap mendengar dan siap menaatinya.”

Di lain kesempatan, Umar bin Khattab berkhutbah selepas shalat berjamaah. Dalam khutbahnya itu, Umar membuat batasan mahar (maskawin). Tiba-tiba seorang perempuan tua berdiri menentang intruksi Umar itu.
“Atas dasar apa, Anda membatasi mahar yang berhak diterima kaum perempuan, sedangkan Allah tidak membatasinya, bahkan berfirman, ‘Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar), maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata’?” (An-Nisa’ [4]: 20).
Mendengar protes perempuan tua itu, Umar terdiam sejenak, lalu segera berkata, “Umar telah salah dan perempuan itu yang benar.” Umar pun mencabut intruksinya.
Itulah sosok Umar bin Khattab. Pemimpin yang dikenal sangat keras, tegas, dan kuat. Namun, dengan lapang dada, dia sangat terbuka dan lembut, sama sekali tidak antikritik dan tidak marah ketika diprotes. Ketika dia melakukan kesalahan, dengan cepat ia memperbaikinya, kendati protes yang disampaikan dikemukakan di hadapan umum. Ia tidak malu untuk mengakui kesalahannya bila terbukti salah. Alangkah menakjubkannya keteladanan Umar.

09 Mei 2014

BELAJAR KEPADA SANG DEMONSTRAN

Sebelum saya mati, saya masih bisa dapat berkata: ya,saya telah hidup dan meresapi panas dan hujan.” (Soe Hok Gie).
Kenangan 15 tahun lalu itu tak lekang di kepala saya. Di salah satu ruang bawah tanah kampus Universitas Nasional Jakarta di Pasar Minggu,  belasan anak muda secara serius mendiskusikan isi buku Catatan Seorang Demonstran (CSD). Usai berdiskusi, mereka merencanakan penyebaran copy buku tersebut. Tujuannya menumbuhkan semangat perlawanan di kalangan mahasiswa baru terhadap rezim Orde Baru. CSD sendiri adalah judul sebuah buku harian dari Soe Hok Gie yang diterbitkan oleh Penerbit LP3ES. Berisi pandangan-pandangan pribadi politik, pesta dan cinta tokoh mahasisiswa idealis asal UI itu.
Mengapa saya menyebut peristiwa usang (dan mungkin bagi anda tidak ada artinya sama sekali) dalam pembukaan tulisan ini? Tentu saja, bagi saya itu laik dikenang. Karena saya ingin menegaskan, setelah 26 tahun Soe wafat, “petasan-petasan berisi bom” (istilah Soe untuk pemikiran-pemikiran yang ditulis dalam sejumlah artikelnya), seolah masih menyala dan mempengaruhi kami pada waktu itu, untuk terus melawan kezaliman Jenderal Soeharto, hingga ia turun pada 21 Mei 1998.
Soe memang bukan sembarang anak muda. Ia jauh dari tipikal “mahasiswa bergaya ternak,” sebuah istilah budayawan Emha Ainun Nadjib untuk mahasiswa yang tujuannya semata-mata bisa kuliah dengan tenang,lulus dengan angka-angka memuaskan, kerja di perusahaan-perusahaan mapan lalu “bahagia dunia akhirat” dalam ikatan pernikahan. Ia memang anak muda yang luar biasa. Bukan saja untuk ukuran saat itu,tapi juga saat ini, ketika kebenaran hati nurani banyak dipertaruhkan.
Dan tentu saja,seseorang yang hebat seperti Soe,tidak menjadi begitu saja. Pastinya semua prinsip yang ia miliki,dibangun lelaki penyayang binatang itu dari sejak remaja. Simaklah kisah pemberontakan pertama remaja Soe. Suatu hari akibat mendebat seorang guru sastra di sekolahnya,nilai ulangan lelaki Hokian itu ditahan.
Terhadap praktek ketidakadilan itu, Ia meradang dan berniat melakukan koreksi habis-habisan terhadap sang guru, ”Guru yang model gituan.Yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar.Dan murid bukan kerbau,”tulis Soe dalam catatan hariannya tertanggal 8 Februari 1958.
Kejadian itu menjadi titik yang kian membesar. Kamarahan seorang remaja berubah menjadi kemarahan seorang rakyat kepada para pemimpinya kala suatu hari di bulan Desember 1959, ia menemukan seorang penduduk Jakarta yang kelaparan makan kulit mangga dari tong sampah.Sambil memberikan semua uang jajannya kepada si pemakan kulit mangga itu, diam-diam ia marah. Kali ini bukan kepada sang guru sastra,tapi kepada Presiden Soekarno dan kawan-kawan seperjuangannya.
“Mereka yang telah mengkhianati apa yang dulu mereka perjuangkan,harus ditembak mati di Lapangan Banteng,”tulisnya keras.
 Dan kemarahan Soe terbukti bukanlah letupan yang bersifat sesaat. Ternyata ia memegang erat itu. Semua orang mafhum jika sejak 1963,ia telah menjadi salah seorang pemimpin perlawanan mahasiswa Indonesia terhadap Soekarno dan dominasi PKI. Berbekal semangat idealisme, Soe memimpin kawan-kawannya untuk turun ke jalan. Tidak cukup berteriak, dalam sebuah demonstrasi di muka Istana, ia pernah nekad menghadang panser tentara dengan tidur terlentang.
Prilakunya itu seolah menyiratkan semangat yang ditulisnya dalam 3 bait puisi:
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
Tapi Soe bukan sekadar demonstran yang hanya pandai berteriak dan menuruti apa kata korlap (koordinator lapangan) semata. Ia pun seorang anak muda yang gila membaca, pandai menulis dan berpikir . Artikelnya menyebar di berbagai surat kabar nasional saat itu. Isinya,apa lagi jika bukan kritik keras (bahkan dalam beberapa kesempatan ia langsung menunjuk hidung) terhadap segala bentuk ketidakadilan.Bukan saja ketidakadilan buat pihaknya, tapi juga ketidakadilan yang kelak dilakukan oleh sekutu politiknya (baca:tentara).
 Dalam sebuah artikelnya ia mengecam pembantaian ratusan ribu anggota PKI,yang justru saat itu berposisi sebagai musuh politiknya. Dia menulis: “Jika mereka memang bersalah,adililah mereka dan hukum (kalau perlu hukuman mati),tetapi yang tidak bersalah supaya dibebaskan. Mereka adalah manusia,punya istri, anak,orangtua dan sahabat yang mengharap-harapkannya.” 
Soe memang seorang humanis dalam garis yang tak mengenal batas-batas. Ia seorang yang jujur dan berani. Dan juga mengerikan, kata almarhum Nugroho Notosusanto. Mengapa? Karena jika ia sudah memiliki prinsip,maka dengan prinsipnya tersebut Soe akan maju lurus tanpa kompromi. “Maka seringkali ia bentrok karena dianggap tidak taktis,”tulis karib Soe yang belakangan menjadi salah satu sekrup rezim Orde Baru tersebut.
 Karena konsistensi, kejujuran sekaligus “kegilaannya” tersebut menjadikan saya sangat menghormati dan mengagumi Soe.Kendati demikian, semua itu tidak lantas membuat saya menjadikannya sebagai “berhala” dalam hidup saya. Sebagai manusia, tentu saja ia juga punya banyak kelemahan.
 Kelemahan Soe,salah satunya adalah ia mendambakan mati muda (yang ternyata terkabulkan). Apa artinya idelalisme jika ia seolah “tidak berani” mengotentikan semua diyakininya di masa tua? Bukankah itu seperti tindakan melarikan diri dari masalah? Lelah untuk bertempur? Untuk soal ini,saya justru sangat kagum kepada Soe Hok Djin (Arief Budiman) –saudara Soe Hok Gie--yang menurut saya jauh lebih teruji sebagai seorang idealis hingga kini.
 Hari-hari ini, Soe banyak digandrungi khalayak. Saya sering melihat foto Soe yang sedang duduk di tringulasi Gunung Pangrango dalam gaya Buddha, menghiasi kaos oblong yang dikenakan anak-anak muda saat ini. Tapi bagaimana persisnya mereka mengetahui dan melihat sosok Soe, saya sama sekali tidak tahu. Yang saya tahu, sejak hidup Soe difilmkan Riri Riza, sosoknya seolah larut terbawa dalam gemuruhnya budaya pop. Sama halnya seperti nasib Che Guevara,Si Revolusiener Gondrong yang setelah gugur,sosoknya justru dieksploitasi habis-habisan oleh kapitalisme.
 Iseng-iseng, suatu hari, saya pernah bertanya kepada seorang mahasiswa perempuan (yang tak lain. adalah kerabat saya sendiri) : Apa yang anda bayangkan dari sosok Soe? Jawabnya mengejutkan dan bikin sedih: “Dalam bayanganku,Soe itu seperti Nicholas (Nicolas Saputra pemeran Soe dalam film Gie),”ujarnya sambil tersenyum tanpa merasa “berdosa”.
 Soe Hok Gie memang telah lama pergi. Dua hari lagi adalah tepat tahun ke 42, sang demonstran itu tiada akibat terbunuh gas H2S di Gunung Semeru. Sementara kini abu jasadnya bisa jadi tengah berterbangan ditiup semilir angin di Lembah Mandalawangi. Ya,tak ada yang tersisa darinya tubuhnya, kecuali kenangan, harapan dan semangatnya yang akan terus menyala di dada orang-orang yang telah bertekad untuk “meresapi panas dan hujan”. "Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah" tulis Soe dalam sebuah puisi yang pernah ditulisnya: Mandalawangi-Pangrango.
 Ya untuk soal hidup, konsistensi, kejujuran dan rasa kasih tanpa sekat, saya pikir kita pantas belajar kepada Soe Hok Gie. (hendijo)




10 Mei 2014

Cerpen – Catatan Seorang Direktur Muda

Banyak orang mendambakan untuk menjadi seorang direktur. Banyak pula orang duduk di kursi kepemimpinan, namun mereka bukan seorang direktur atau pemimpin yang handal.
Sebuah kepemimpinan atau manajemen, bukanlah sedekar ilustrasi dari suatu perkara yang tengah terjadi. Melainkan, kepemimpinan atau manajemen itu sebuah kenyataan yang tengah terjadi. Mungkin ungkapan-ungkapan tidak akan berperan banyak dalam mengekspresikan suatu tindakan.
Sebut saja BUNGA. Bunga adalah seorang direktur muda di salah satu perusahaan. Di samping memang umurnya masih belia, jiwanya juga layaknya anak muda yang penuh gairah dan semangat. Kendati demikian ia sama sekali belum berpengalaman dalam bekerja apalagi menjadi seorang pemimpin. Awal dipilihnya ia menjadi seorang direktur sebenarnya ia tidak yakin dirinya mampu mengemban jabatan itu karena ia baru saja lulus dari bangku perkuliahan dan belum berpengalaman. Menurutnya, jabatan yang di embannya itu memiliki banyak resiko dan tanggungjawab yang besar. Ia pun ragu akan berhasil membawa perusahaan tersebut bisa maju dan berkembang. Namun, lambat laun seiring waktu berjalan kepercayaan dirinya muncul bahwa ia akan mampu mengembangkan perusahaan yang dibawahinya tersebut. Keyakinan dan semangatnya kian kuat mana kala perusahaan yang dipegang mulai ada peningkatan pendapatan secara signifikan. Hari demi hari ia lalui sebagai seorang direktur muda yang penuh percaya diri. Walaupun kadang kala sifat labil layaknya anak muda yang lebih mementingkan kesenangannya masih terlihat begitu kental, namun sifatnya yang koleris mendukung untuk menjadikannya pimpinan yang memiliki visi dan misi bahkan ambisinya yang besar untuk memajukan perusahaan. Hingga suatu ketika terjadi masalah besar di perusahaannya. Dengan umur yang tergolong masih muda serta minim pengalaman, ia harus dihadapkan dengan persoalan yang berat dalam kancah dunia kepemimpinan. Bunga harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang dimana secara tidak langsung bertanggungjawab terhadap nasib seluruh karyawan dan pelanggannya. Beban moral yang ada dipundaknya mengenai persoalan tersebut membuatnya down dan stress tingkat tinggi. Walaupun ia sudah terbiasa ditimpa masalah dalam hidup namun permasalahan kali ini benar-benar membuatnya sedikit depresi. Seperti tamparan baginya ketika melihat karyawannya menaruh harapan yang besar padanya agar persoalan bisa segera terselesaikan. Nasib karyawan bahkan pelanggannya benar-benar ada ditangannya. Setiap hari ia di telepon bahkan didatangi kerumah oleh pelanggan yang menaruh harapan kepadanya. Sedangkan ia tidak bisa berbuat banyak karena keputusan sudah dibuat. Dan seperti pukulan yang keras baginya ketika para koleganya tertawa di atas angin karena menikmati kejatuhannya.
Dalam kondisi tersebut Bunga tidak dapat berbicara banyak mengenai persoalannya itu kepada keluarganya. Pantang baginya untuk bercerita kepada keluarganya karena ia tidak ingin membebani keluarganya dengan ikut memikirkan masalah perusahaannya. Ia berusaha menulis kegundahannya di sosial media, berharap dari sekian temannya ada yang peka dan mendatanginya. Sebenarnya ia tidak ingin membicarakan permasalahannya, ia hanya ingin ada seorang teman yang menemaninya sekadar untuk mengobrol hal lain dan memberikan dukungan moral terhadapnya. Namun, malang nasibnya karena kenyataannya tak ada satupun teman yang datang untuk sekedar menemaninya. Karena ia juga belum menemukan Mr. Right-nya, maka dari itu ia merasakan kesedihan dan kesepian yang teramat dalam. Beban berat hanya bisa dipikulnya seorang diri.
Sebenarnya ujian yang berat seperti itu bukan yang pertama kali dialaminya. Sebelumnya ia sudah pernah melalui berbagai ujian hidup yang sama beratnya. Berbagai tempaan silih berganti menempanya. Beruntung ia masih bersama Tuhannya. Ia masih memiliki keyakinan bahwa selalu ada hikmah dibalik cobaan yang berat. Ia juga memegang prinsip filosofi bola bekel dalam menyikapi persoalan ini, yaitu dimana semakin dipukul keras kebawah maka semakin tinggi bola itu melambung.
Keyakinan yang tertanam adalah kesuksesannya di masa depan. Harapannya saat ini menjadi direktur yang handal dan selalu memikirkan kesejahteraan karyawannya. Ia bercita-cita kelak tak hanya menjadi direktur profesional melainkan direktur sungguhan yang membawahi perusahaannya sendiri.

7 Maret 2014
Kisah ini berawal Pada saat saya bertemu dengan seorang kawan di rumahnya,
sambil silaturahim saya ingin mengajaknya berbisnis…
Pa ayo ikut bisnis dengan saya…!
Saya tidak mau … jawabnya mantap
Kemudian saya tanya, kenapa?
Jawabnya: saya takut KAYA
Saat itu saya kaget… ternyata ada orang yang TAKUT kaya…
Dia sangat faham… kalau menjalankan bisnis resikonya kaya
Lalu saya tanya: kenapa anda takut kaya?
Saya takut hubbuddunya/ saya takut cinta kepada dunia
Dalam hati saya… luar biasa kawan saya ini, ia orang sholeh
Dalam hati saya berdoa
Ya Allah sesungguhnya orang sholeh seperti inilah yang harusnya kaya…
karena kalau kekayaan dipegang sama orang-orang sholeh… insya Allah rahmatan lilalamin
Tapi sayangnya orang sholeh nya tidak mau kaya….Orang kayanya tidak mau sholeh
Kemudian saya bertanya apakah hubbudunya,… penyakitnya orang kaya saja…?
Tidak … orang miskinpun banyak yang menderita penyakit hubbudunya…
Kalau begitu masalahnya bukan di kaya atau miskinnya… tapi bagaimana sikap kita terhadap harta.
Dengan alasan ini…
banyak umat islam tidak mau bekerja…
tidak mau bekerja keras…
tidak mau berusaha menjadi orang kaya…
tidak mau menjadi orang besar.
Umat islam terlalu besar untuk punya cita-cita kecil…
Umat islam harus kaya seperti kayanya Abu Bakar ashidiq….
Seperti kayanya Umar bin khotob dan Seperti kayanya usman bin affan
Karena kekayaan merekalah… islam bisa berjaya…
Rosulullah mengajarkan kita untuk berdoa, ya Allah… aku berlindung kepada Mu dari kekufuran dan kefakiran… dan aku berlindung dari azab kubur
Yang menjadi masalah bukan seberapa banyak kita mendapatkan uang tapi uang itu dari mana dan untuk apa
kata rosulullah Kita tidak boleh iri kecuali pada tiga orang
Pertama Orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkannya
Kedua orang yang mati syahid
Ketiga Orang kaya yang dermawan
Ingatlah kita adalah harapan masa depan umat…
Bangkit …
harapan itu pasti ada…
Allah bersama kita…
Semoga bermanfaat




11 Mei 2014
Ada seorang remaja wanita masih sekolah di kelas 2 SMA
Setiap hari ditugaskan untuk merawat neneknya…
Neneknya sudah lumpuh…
hidupnya hanya dihabiskan di tempat tidur
Suatu saat…
ia mulai protes karena ketidak adilan yang dirasakannya
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku…
Kemudian mamanya memotivasi
Nak… merawat nenek pahalanya banyak…
Sesekali anak itu mau menuruti
Tapi disaat lain Ia mulai protes lagi…
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku…
Kenapa mesti aku… kenapa tidak mama… kenapa tidak papa… kenapa tidak kakak atau adik yang merawat nenek… tapi kenapa harus aku terus!…
protesnya mulai keras
Mamanya memeluk sambil menangis…
Nak… kamu sudah besar… kamu benar-benar mau tau kenapa?…
Mau ma….

Dulu saat kamu masih umur 6 bulan…
Malam itu rumah kita kebakaran…
semua orang menyelamatkan diri dan barang-barang yang bisa diselamatkan.
Papa dan nenek menggendong kakak-kakakmu dan mama menggendong kamu…
setelah kita keluar semua…
papa bertanya mana bayinya?
Tanpa sadar ternyata yang mama gendong bukan bayi tapi guling kecil.
Kami baru sadar..
Tenyata kamu masih di dalam rumah… di lantai 2.
Tiba-tiba saja dari arah belakang…
lari menerjang masuk kedalam rumah…
Ternyata nenekmu nak…nenekmu…
lari memaksa masuk kedalam rumah…
kemudian naik kelantai dua…
setelah membawa mu…
nenek terjun dari lantai dua…
sambil menggendong kamu…
mulai saat itulah nenekmu lumpuh…
Anak itu terdiam sambil meneteskan air mata tanpa suara…
Mulai saat itu…
ia tidak pernah lagi protes saat disuruh merawat neneknya
Bahkan hari-hari nya dihabiskan untuk merawat neneknya…
ia sangat senang dan bangga bisa merawat neneknya…
ia bangga pada neneknya…
Tiada kesenangan melebihi kesenangan merawat neneknya.
Andaikan kita tau kenapa kita berbuat sesuatu maka pastilah kita akan bekerja dengan ikhlas, tekun dan serius
Suatu Saat kita akan faham…
Apapun akan kita lakukan untuk membahagiakan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita
Karena Allah mencitai kita dan kita mencintai Allah….
Semoga bermanfaat















12 Mei 2014
Gaza, suatu nama yang menimbulkan banyak simpati publik saat ini. Bagaimana tidak? Gaza menjadi sasaran empuk Israel untuk menguasai Palestina. Banyak roket-roket dan hujan senjata lainnya yang ditujukan ke daerah ini. Perlawanan diri menjadi alasan bangsa Yahudi ini, tetapi bagaimana mungkin disebut perlawanan diri jika Gaza sendiri tidak pernah memulai peperangan yang sengit ini? Dukungan dari sesama negara muslim maupun non muslim pun mulai berdatangan, rasa menolong sesama manusia di dunia menjadi alasannya. Mungkin anda sudah sering dengar slogan akhir-akhir ini yang terkenal yaitu “Save Gaza, Save Humanity” dengan dilatari burung merpati yang menggigit bendera Palestina. Karena serangan Israel memang sudah tidak berperikemanusiaan lagi dan harus dihentikan. Apakah anda tahu mengapa Israel sangat gencar menyerang Gaza? Berikut adalah fakta tentang Gaza yang menarik untuk anda ketahui.
Inilah fakta tentang Gaza yang pertama. Fokus penyerangan adalah jalur Gaza. Jalur Gaza adalah bagian sempit tanah yang membentang sepanjang Laut Mediterania, dibatasi oleh Israel di sebelah timur dan utara, dan Mesir pada barat daya. Ini ukuran sekitar 25 mil, atau 41 kilometer, panjang, sementara lebar adalah antara 4 sampai 7,5 mil, atau 6 sampai 12 kilometer. Daerah ini mendapatkan namanya dari kota utamanya, Gaza. Perbatasannya yang unik ini tentu saja jalur ini menjadi jalur strategis untuk sektor apapun. Jalan-jalan di banyak jalur Gaza dikendalikan oleh kelompok militan. Sebuah pagar besi dibangun oleh Israel memisahkan jalur ini dengan Israel, yang dijaga oleh pasukan Israel. Untuk mencegah penyelundupan dan kontrol lalu lintas, Israel tertarik untuk menjaga kontrol Rute Philadelphi, yang merupakan daerah yang perbatasan Gaza dan Mesir, setelah penarikan pada tahun 2005. Namun, tekanan internasional mengakibatkan Israel meninggalkan jalur tersebut dan menyerahkan ke Mesir tanggung jawab pengelolaan perbatasan. Perbatasan Rafah yang melintasi ke Mesir dikelola oleh pasukan Palestina di bawah pengawasan pejabat Uni Eropa. Menurut kesepakatan yang ditengahi AS, Israel diperbolehkan untuk menggunakan video surveillance di daerah tersebut, tetapi tidak memiliki hak untuk mencegah orang dari persimpangan.
Fakta tentang Gaza yang berikutnya mungkin akan sedikit mengejutkan anda. Penduduk Gaza yang mencapai 1,7 juta jiwa itu ternyata sangat siap menghadapi peperangan dengan Israel, karena mati syahid bagi mereka adalah cara tersingkat dan terbaik untuk mendapatkan syurga-Nya. Oleh karena itu setiap malam mereka terjaga waspada akan roket yang dijatuhkan Israel, terus beribadah dan mengharapkan ibadah itu menjadi penutup hidupnya. Mereka tidak bersembunyi atau lari ketakutan, mereka sangat siap mati syahid seperti Ahmad Ja’bary komandan Al-Qossam (Insya Allah). Dengan jiwa yang membara seperti itu akankah mereka kalah terhadap zionis Israel. Justru warna Israel lah yang ketakutan setiap malamnya terhadap serangan balasan dari warga HAMAS.
Fakta tentang Gaza yang berikutnya adalah anak-anak Gaza yang ada disana. Mereka bukanlah anak-anak biasa. Tidak mengenal video games maupun mainan pada umumnya. Setiap hari mereka disibukkan dengan menghafal Al-Quran. Mereka yakin akan pertolongan Allah, dan dengan sisi rohani yang terus diperdalam mereka yakin bahwa hidup mereka akan lebih baik. Sudah banyak sekali penghapal Al-Quran di daerah Gaza ini sungguh malu melihat bangsa sendiri, dimana tidak dalam kondisi perang namun kesadaran akan menghafal Quran juga tidak banyak.
Fakta tentang Gaza yang akan ditulis disini sebagai penutup adalah anak-anak maupun orang tua disana sudah tidak asing, jika mereka pergi ke sekolah atau kantornya teman sekolah atau teman kantornya sudah dinyatakan mati syahid. Kejadian seperti itu sungguh jarang terjadi di negara manapun.
Semoga Allah selalu berkenan melindungi Gaza. Aamiin


13 Mei 2014
. 2000,- Sehari
SEKARANG BUKAN WAKTUNYA UNTUK AFIKAAA, PSSIIII, KPSSII, POLISI GANTENG ATAU DARSEM… SEKARANG WAKTUNYA UNTUK…
SITIIII…BOCAH PENJUAL BAKSO

Sore kemarin – Selasa, 06 Maret 2012 – saya pulang kantor rada “tenggo”, jadi sampai di rumah jam 17.30-an, saya sempat nonton acara “Orang-Orang Pinggiran” di Trans7. Dada saya sesak menyaksikannya, air mata saya meleleh tanpa bisa ditahan, tak mampu berkata-kata. Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun. Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.
Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.

Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang tunai. Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur sampai setinggi paha. Ia hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar berhasil agar bisa mendapat bayaran.
Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya, mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh mengambil kangkung. Meski sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya. Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik kangkung, sebatas kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang. Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa membantu Ibunya. Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua hanya dengan kangkung dan garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata Ibunda Siti.
Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat keliling kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian sendiri menunggu Ibunya pulang hingga petang hari.
Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak Ibunya ke makam ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada uang pembeli nisan. Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti. Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya. Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa. Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap sekolah dan mengaji. Keinginan Siti sederhana saja : bisa beli sepatu dan tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak.
Kepikiran dengan konsidi Siti, dini hari terbangun dari tidur saya buka internet dan search situs Trans7 khususnya acara Orang-Orang Pinggiran. Akhirnya saya dapatkan alamat Siti di Kampung Cipendeuy, Desa Cibereum, Cilangkahan, Banten dan nomor contact person Pak Tono 0858 1378 8136.
Usai sholat Subuh saya hubungi Pak Tono, meski agak sulit bisa tersambung. Beliau tinggal sekitar 50 km jauhnya dari kampung Siti. Pak Tono-lah yang menghubungi Trans7 agar mengangkat kisah hidup Siti di acara OOP. Menurut keterangan Pak Tono, keluarga itu memang sangat miskin, Ibunda Siti tak punya KTP. Pantas saja dia tak terjangkau bantuan resmi Pemerintah yang selalu mengedepankan persyaratan legalitas formal ketimbang fakta kemiskinan itu sendiri. Pak Tono bersedia menjemput saya di Malimping, lalu bersama-sama menuju rumah Siti, jika kita mau memberikan bantuan. Pak Tono berpesan jangan bawa mobil sedan sebab tak bakal bisa masuk dengan medan jalan yang berat.
Saya pun lalu menghubungi Rumah Zakat kota Cilegon. Saya meminta pihak Rumah Zakat sebagai aksi “tanggap darurat” agar bisa menyalurkan kornet Super Qurban agar Siti dan Ibunya bisa makan daging, setidaknya menyelematkan mereka dari ancaman gizi buruk. Dari obrolan saya dengan Pengurus Rumah Zakat, saya sampaikan keinginan saya untuk memberi Siti dan Ibunya “kail”. Memberi “ikan” untuk tahap awal boleh-boleh saja, tapi memberdayakan Ibunda Siti agar bisa mandiri secara ekonomi tentunya akan lebih bermanfaat untuk jangka panjang. Saya berpikir alangkah baiknya memberi modal pada Ibunda Siti untuk berjualan makanan dan buka warung bakso, agar kedua ibu dan anak itu tidak terpisah seharian. Siti juga tak perlu berlelah-lelah seharian, dia bisa bantu Ibunya berjualan sambil belajar.
Mengingat untuk memberi “kail” tentu butuh dana tak sedikit, pagi ini saya menulis kisah Siti dan memforward ke grup-grup BBM yang ada di kontak BB saya. Juga melalui Facebook. Alhamdulillah sudah ada beberapa respon positif dari beberapa teman saya. Bahkan ada yang sudah tak sabar ingin segera diajak ke Malimping untuk menemui Siti dan memeluknya. Bukan hanya bantuan berupa uang yang saya kumpulkan, tapi jika ada teman-teman yang punya putri berusia 7-8 tahun, biasanya bajunya cepat sesak meski masih bagus, alangkah bermanfaat kalau diberikan pada Siti.
Adapula teman yang menawarkan jadi orang tua asuh Siti dan mengajak Siti dan Ibunya tinggal di rumahnya. Semua itu akan saya sampaikan kepada Pak Tono dan Ibunda Siti kalau saya bertemu nanti. Saya menulis artikel ini bukan ingin menjadikan Siti seperti Darsem, TKW yang jadi milyarder mendadak dan kemudian bermewah-mewah dengan uang sumbangan donatur pemirsa TV sehingga pemirsa akhirnya mensomasi Darsem. Jika permasalahan Siti telah teratasi kelak, uang yang terkumpul akan saya minta kepada Rumah Zakat untuk disalurkan kepada Siti-Siti lain yang saya yakin jumlahnya ada beberapa di sekitar kampung Siti.
Mengetuk hati penguasa formal, mungkin sudah tak banyak membantu. Saya menulis shout kepada Ibu Atut sebagai “Ratu” penguasa Banten ketika kejadian jembatan ala Indiana Jones terekspose, tapi toh tak ada respon. Di media massa juga tak ada tanggapan dari Gubernur Banten meski kisah itu sudah masuk pemberitaan media massa internasional. Tapi dengan melalui grup BBM, Facebook dan Kompasiana, saya yakin masih ada orang-rang yang terketuk hatinya untuk berbagi dan menolong. Berikut saya tampilkan foto-foto Siti yang saya ambil dari FB Orang-Orang Pinggiran. Semoga menyentuh hati nurani kita semua

14 Mei 2014
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa

15 Mei 2014
Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuahmetromini yang menuju ke stasiun KA.
Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm…dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana.
Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.

Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya.
Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis.
Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.
Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.
Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya.
Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya.
Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek

Comments

Popular posts from this blog

Visi dan Misi serta Schedule PW IPM Sulsel Periode 2014 - 2016

Orang yang dicintai Allah SWT

... KISAH MENGHARUKAN, KETULUSAN CINTA SEORANG SUAMI ...